Forkot, Depok – Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bale Baca Cijayanti resmi memulai rangkaian acara “Festival Literasi 2025” dengan kunjungan perdana ke TBM Kedaung, Depok (05/10/2025).
Dwi Sulistia Ningsih, Founder Bale Baca Cijayanti menyampaikan bahwa Festival literasi 2025 merupakan program tahunan yang bertujuan untuk memperkuat semangat literasi di tengah masyarakat. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Merajut Karya, Melestarikan Budaya”.
“TBM Bale Baca Cijayanti adalah wadah dalam menumbuhkan minat baca untuk memperkaya pengalaman belajar. Kami juga hadir sebagai fasilitator dalam diskusi maupun inkubasi produk dan jasa hasil inovasi karya terbaik masyarakat sekitar,” kata Dwi.
Dwi menuturkan bahwa salah satu rangkaian kegiatan dalam Festival Literasi 2025 adalah “Roadshow Literasi”. Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk mengenal dan mencintai literasi sekaligus menghidupkan kembali permainan tradisional, seperti egrang batok, bola bekel, lompat karet, dan ular naga panjang.
“Kegiatan ini menjadi ruang belajar yang menyenangkan bagi anak-anak dan warga sekitar. Kami ingin membuat Fesival Literasi sebagai tempat di mana membaca, bermain, dan melestarikan budaya berpadu dalam semangat literasi,” tambah Dwi.
Kegiatan ini berkolaborasi dengan TBM Kedaung Depok dan Gerakan Turun Tangan Kota Bogor.
Baldan Fattulah, Founder TBM Kedaung menyampaikan bahwa kegiatan literasi di TBM Kedaung sudah berjalan sejak tahun 2018.
“Yang menginspirasi saya menjadi pengelola di sini adalah pentingnya literasi bagi kehidupan. Selain itu, sebagai anak muda, penting bagi kita untuk sadar akan peran kita. Apa yang sudah kita lakukan untuk kampung tercinta. Kita berhak memberikan dampak bagi banyak orang. Tiga hal itulah yang menjadi motivasi saya untuk terus bergerak,” ujar Baldan.
Baldan juga mengapresiasi Bale Baca Cijayanti yang telah berkenan mengadakan roadshow di TBM Kedaung.
“Terima kasih untuk teman-teman Bale Baca Cijayanti, karena kegiatan ini menjadi bagian dari enam dasar literasi, salah satunya literasi budaya dan kewargaan. Di era digital seperti sekarang, kegiatan yang mengangkat budaya lokal sudah mulai jarang. Kehadiran teman-teman menyadarkan kami akan pentingnya melestarikan budaya, seperti permainan tradisional yang kami tampilkan di TBM Kedaung,” tambahnya.
Selain itu, ia berharap semangat kolaborasi dan kontribusi antara Bale Baca Cijayanti dan TBM Kedaung terus terjaga.
“Kalau bisa, ke depannya Bale Baca Cijayanti mengadakan pelatihan di TBM Kedaung, misalnya pelatihan tentang strategi pengembangan masyarakat lokal supaya kami bisa lebih berkembang. Harapannya, sumber daya manusia di sini bisa makin kompeten dan pemberdayaan masyarakat bisa berjalan lebih baik,” tutupnya. (Aldirehan)

